Rabu, 24 Juni 2015

Best Practice Konsep Mikro

Hai pembaca blog,
Kami pun telah mulai mengetahui sedikit demi sedikit mengenai apa ekowisata mangrove itu. Lalu kami pun mulai mencari-cari Best Practice atau contoh yang tepat untuk mengembangkan ekowisata di Desa Morerejo, Kecamatan Kaliwungu. Setelah kami membaca banyak literatur kami pun menemukan beberapa yaitu Suaka Margasatwa Muara Angke dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta, Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya, dan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali.
1.    Suaka Margasatwa Muara Angke dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta.
Suaka Margasatwa Muara Angke memiliki 30 jenis tumbuhan yang terdiri dari jenis mangrove, api-api, ketapang, gelagah, enceng gondok, dll. Selain itu terdapat juga jenis pohon hasil reboisasi, seperti asam jawa, bintaro, nyamplung, tanjang, dan waru laut. Sedangkan satwa yang tinggal terdiri dari 91 jenis burung, monyet ekor panjang, berang-berang cakar kecil, biawak air, buaya muara, dan beberapa jenis ular. Selain untuk melindungi tumbuhan dan hewan, kawasan ini dijadikan pusat pendidikan konservasi lahan basah dan ekowisata. Suaka Margasatwa Muara Angke memiliki boardwalk sepanjang 843 meter dan asilitas lainnya seperti kantor, pusat informasi, pos jaga, dan shelter. Sedangkan, Taman Wisata Alam Angke Kapuk memiliki berbagai fasilitas rekreasi dengan tarif masuk sebesar Rp25.000/pengunjung. Pengunjung dapat rekreasi, menikmati wisata air, pemotretan, penelitian, menginap di pondok wisata, dan menanam mangrove. Untuk menyusuri hutan mangrove dapat menggunakan jalur air dengan menaiki perahu berkapasitas 6-8 orang, kano, dan perahu dayung. Melalui jalur air pengunjung dapat memasuki sela-sela akar pohon mangrove dan melihat biawak, burung bangau, dan hewan lainnya. Selain itu, pengunjung diperbolehkan untuk menanam mangrove di area pembibitan dengan biaya Rp150.000.

2.    Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya
Terletak di kawasan Pantai Timur Surabaya dan tidak jauh dari Jembatan Suramadu. Terdapat 202 jenis tanaman dan puluhan spesies burung. Pengunjung harus menggunakan kapal atau speedboat dari dermaga untuk menuju ke hutan mangrove. Kapal yang disediakan berkapasitas 35-60 orang dengan tarif Rp25.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak-anak. Sedangkan untuk speedboat dikenakan biaya Rp300.000/6 penumpang untuk sekali jalan. Pengunjung akan dibawa menyusuri sungai dan menikmati rindangnya pepohonan, burung-burung, dan hewan liar di pinggir sungai. Terdapat dua gazebo yang dibangun oleh salah satu BUMN dan Polisi setempat. Hutan Mangrove Wonorejo memiliki berbagai fasilitas diantaranya restoran, toko batik mangrove, menara pantau, musholla, dan toilet.

3.    Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali
Taman ini berlokasi di Kecamatan Kuta dan Kecamatan Denpasar dengan luas 1.373,50 Ha. Vegetasi yang berkembang di taman ini antara lain adalah jeruju, api-api, tancang, lindus, akar tuba, teruntum, nipah, mangrove putih, mangrove, dan nyirih. Sedangkan fauna yang hidup terdiri dari 7 jenis burung, penyu hijau, penyu sisik, teripang, dan hewan lainnya. Pengunjung dapat melakukan wisata alam yang meliputi lintas alam, berkemah, atraksi wisata bahari, dll. Berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, fasilitas yang dapat ditemui yaitu jalan setapak dan pos jaga. Pengunjung akan dikenakan biaya Rp5.000. Taman Hutan Raya Ngurah Rai memiliki Mangrove Information Center (MIC) untuk menginformasikan segala hal yang terkait dengan mangrove dan pelestariannya, disamping itu juga terdapat area pembibitan mangrove seluas 7.700 m2. Fasilitas lainnya yang dapat ditemui adalah jembatan kayu, pondok peristirahatan, dan geladak terapung. Di geladak terapung pengunjung dapat menyewa kano untuk mengelilingi hutan mangrove. Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali memiliki restoran yang menjajakan kuliner khas, seperti kepiting dan jus bakau.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar