Rabu, 24 Juni 2015

Analisis Perencanaan Tahap 1

Hai selamat malam pembaca blog,

Wah kami sekarang sudah banyak mengenal tentang wilayah mikro kami dan gambaran konsep perencanaan wilayah kami nantinya. Jadi kami memasuki proses perencanaannya dengan menggunakan beberapa tahap analisis yaitu analisis perancangan desain wilayah studi yang diperjelas pada bagan berikut:
Analisis pertama yang dilakukan yaitu Analisis Aktivitas dan Karakteristik Pengguna. Di dalam analisis ini terdapat rentetan 3 analisis mulai dari analisis aktivitas, analisis karakteristik pengguna dan analisis kebutuhan ruang. Analisis aktivitas sendiri berguna dalam membagi dan memaparkan bentuk aktivitas apa saja yang akan di perencanaan wilayah mikro kami. Aktivitas tersebut dibagi menjadi 6 bentuk fungsi kawasan yang diperjelas menurut tabel berikut:
Kelompok Aktivitas
Jenis Ruang
Karakteristik Ruang
Jenis Aktivitas
Pengguna
Fungsi Utama
Rekreasi dan Edukasi
Museum Budidaya Mangrove
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
Pelatihan budidaya mangrove, museum mangrove, pembelajaran manfaat mangrove
Wisatawan
Fungsi Penunjang
Peribadatan
Musholla
Aksesibilitas mudah, publik
Kegiatan beribadah
Wisatawan
Perdagangan dan Jasa
Gedung Utama
Restoran (Lantai 1)
Aksesibilitas mudah, publik
Jual beli makanan dan minuman
Wisatawan
Toko Souvenir (Lantai 1)
Aksesibilitas mudah, publik
Jual beli souvenir wisata
Wisatawan
Kantor Administrasi (Lantai 1)
Aksesibilitas mudah, publik
Pelayanan administrasi
Wisatawan
Klinik (Lantai 1)
Aksesibilitas mudah, publik
Pelayanan kesehatan
Wisatawan
Ballroom (Lantai 2)
Aksesibilitas mudah, publik
Pertemuan, sewa tempat (untuk acara keluarga, kantor, atau acara lainnya)
Wisatawan
Tempat Makan (Pondok)
Aksesibilitas mudah, publik
Jual beli makanan dan minuman
Wisatawan
Hunian
Penginapan
Cottage (1 Kamar Tidur)
Aksesibilitas mudah, semi publik
Penginapan keluarga (wisatawan)
Wisatawan
Cottage (2 Kamar Tidur)
Aksesibilitas mudah, semi publik
Penginapan keluarga (wisatawan)
Wisatawan
Fungsi Pelayanan
Keamanan
Pos Satpam
Aksesibilitas mudah, publik
Menjaga keamanan
Wisatawan
Pelayanan Umum
Loket Masuk
Aksesibilitas mudah, publik
Pelayanan tiket masuk wisata
Wisatawan
Kantor Informasi
Aksesibilitas mudah, publik
Pelayanan informasi
Wisatawan
Pos Penjaga Pantai
Aksesibilitas mudah, publik
Menjaga keamanan
Wisatawan
Toilet Umum
Aksesibilitas mudah, publik
Mendukung kegiatan pariwisata
Wisatawan
Olahraga
Wisata Berkuda
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
Wisata berkuda (olahraga)
Wisatawan
ATV
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
Wisata darat (atv)
Wisatawan
Wisata Air (Kapal Wisata, Banana Boat, Flying Fish, Kano, dll.)
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
Wisata air
Wisatawan
RTH
Taman Mangrove
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
Wisata budidaya dan edukasi mangrove
Wisatawan
Taman Bermain
Aksesibilitas mudah, publik
Menyalurkan keinginan bermain anak-anak
Wisatawan
RTNH
Pantai Ngebum
Aksesibilitas mudah, publik
Wisata pantai
Wisatawan
Tambak
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
Wisata budidaya ikan tawar
Wisatawan
Sungai
Aksesibilitas mudah, publik
Wisata air
Wisatawan
Batas Daerah Hijau
Barrier
Sempadan Pantai
-
-
-
Sempadan Sungai
-
-
-
Sempadan Jalan
-
-
-

Setelah melakukan analisis aktivitas dilanjutkan analisis karakteristik pengguna. Dalam analisis ini dilakukan perhitungan Carrying Capacity yang gunanya menghitung berapa jumlah orang nantinya yang tinggal di kawasan perencanaan tersebut dengan berdasar pada luasan ruang kawasan di wilayah mikro kami. Dari luas lahan 10 hektar yang nantinya akan dibangun, sebesar 40% akan digunakan sebagai ruang terbangun dan ruang non terbangun sebesar 60%. Hal tersebut mempertimbangkan kebutuhan untuk membuat taman mangrove dan pantai yang membutuhkan banyak lahan non terbangun serta dikembangkan untuk mendukung kegiatan konservasi. Ruang yang dapat dibangun fasilitas pendukung sebesar 2,4 Ha maka apabila standar kenyamanan ruang seseorang berdasarkan SNI 03-1733-2004 adalah 10 m2 maka jumlah pengguna maksimal di lokasi perancangan adalah 2.400 jiwa.


Analisis selanjutnya yaitu analisis kebutuhan ruang, analisis ini adalah perincian dari analisis aktivitas dengan tambahan seperti jumlah unit yang akan dibangun dan berapa luasan tiap ruangnya.
Setelah melakukan rentetan analisis aktivitas dan karakteristik pengguna kami pun melakukan analisis ruang, di dalam analisis ini terdapat rentetan 2 analisis yaitu analisis hubungan antar ruang dan analisis organisasi ruang. Analisis hubungan antar ruang yaitu analisis guna memosisikan fasilitas yang saling terkait berdekatan dan yang tidak saling terkait dapat diposisikan lebih jauh.


Analisis kedua yaitu analisis organisasi ruang untuk menstrukturkan pola aktivitas yang terjadi di suatu wilayah studi. Ruang yang terbentuk berasal dari hubungan-hubungan yang terjalin pada kelompok-kelompok aktivitas yang ada. Sehingga akan tercipta fungsi-fungsi aktivitas yang dapat membawa suatu wilayah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Analisis ruang pun telah dilalui dan memulai analisis tapak, di dalam analisis ini terdapat rentetan analisis, yaitu analisis kostelasi wilayah, analisis lingkungan, analisis topografi, analisis aksesbilitas, analisis kebisingan, analisis drainase, analisis vegetasi, analisis view, analisis arah angin dan lintasan matahari, dan akhirnya mengeluarkan zoning kawasan. Dalam analisis konstelasi wilayah menunjukkan ruang lingkup perencanaan yang dilakukan dari tingkat administratif yang makro (misalkan provinsi/ area metropolitan) hingga tingkat mikro (misalkan kelurahan/ desa/ kawasan).

Analisis Lingkungan
Analisis Topografi
Analisis Aksesbilitas

Analisis Drainase
Analisis vegetasi
Analisis view
Analisis arah angin dan lintasan matahari
Dan akhirnya ditentukan zoning kawasan merupakan hasil penggabungan analisis lingkungan sampai dengan analisis arah angin, dengan hasil membagi kawasan menjadi zona pelayanan, zona publik, zona edukasi zona publik dan main enterence/ jalan masuk.
Setelah selesai menganalisis rentetan analisis ruang, kami mulai lanjut menganalisis kondisi infrastruktur yang terdiri dari analisis jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan persampahan, sanitasi dan jaringan drainase.
Analisis jaringan jalan

Analisis jaringan listrik
Analisis jaringan air bersih
Analisis jaringan telekomunikasi
Analisis jaringan persampahan
Analisis sanitasi
Analisis jaringan drainase
Dari rentetan analisis kondisi infrastruktur kami menganalisis kriteria tak terukur yang mencangkup Access, Compatibility, Identity, Vierw, Sense, dan Livability.
Access
Compability
Identitiy
View
Sense
Livability

Dari rentetan analisis kriteria tak terukur kami mulai menganalisis kirteria terukur yang mencangkup koefisien dasar bangunan (KDB), ketinggian bangunan, jarak antar bangunan dan garis sempadan bangunan (GSB).
Analisis KDB adalah perbandingan antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu kawasan menentukan berapa persen luas bangunan yang boleh dibangun dan didapatkan KDB 80%.


Sedangkan dalam analisis ketinggian bangunan terdapat 2 tahap yaitu dengan menganalisis ketinggian bangunan dari jalur lintasan pesawat terbang dan Floor Area Ratio (FAR). Dalam menganalisis ketinggian bangunan dari jalur lintasan pesawat terbang yaitu dengan melakukan perhitungan jauh jarak antara lokasi perencanaan terhadap bandara terdekat. Karena lokasi mikro kami yang berdekatan dengan Kota Semarang maka kami memilih Bandara Ahmad Yani yang berada paling dekat dengan lokasi mikro kami. Jarak lokasi mikro ke Bandara Ahmad Yani yaitu 18,8 km. Maka dimana jarak melebihi 9,09 km maka tidak diperlukan pertimbangan perhitungan ini karena jauh dari jalur lintasan pesawat terbang. Jika FAR didapatkan nilai rasio 1,25 maka lokasi perancangan memiliki maksimal ketinggian bangunan sebanyak 6 lantai (30 meter) dengan 1 lantai memiliki ketinggian 5 meter. Namun berdasarkan best practice kami menggunakan 2 lantai dengan ketinggian 10 meter. Berikut perhitungannya:

Analisis selanjutnya yaitu analisis jarak antar bangunan dengan melihat persyaratan ukuran tinggi dan jarak bangunan menurut Departemen PU tahun 1987 bahwa bangunan yang miliki ketinggian 10 meter dikaregorikan harus memiliki jarang antar bangunan 3 sampai 6 meter.

Selanjutnya yaitu analisis GSB (Garis Sempadan Bangunan) adalah garis pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan di atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. GSB ditetapkan untuk memberi batasan keamanan bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan GSB antara lain adalah pengamanan terhadap lalu lintas jalan, memberikan ruang bagi sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah, dan berguna pada keadaan darurat seperti kebakaran. Lebar GSB pada lokasi perancangan Move Park ditentukan berdasarkan perhitungan ½ dari lebar jalan. Sehingga didapatkan GSB pada Jalan I sebesar 5 m, Jalan II sebesar 3 m, Jalan III sebesar 1,5 m, dan ajlan IV sebesar 0,75 m.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar