Hai selamat malam pembaca blog,
Wah kami sekarang sudah banyak
mengenal tentang wilayah mikro kami dan gambaran konsep perencanaan wilayah
kami nantinya. Jadi kami memasuki proses perencanaannya dengan menggunakan
beberapa tahap analisis yaitu analisis perancangan desain wilayah studi yang
diperjelas pada bagan berikut:
Analisis pertama yang dilakukan yaitu Analisis
Aktivitas dan Karakteristik Pengguna. Di dalam analisis ini terdapat rentetan 3
analisis mulai dari analisis aktivitas, analisis karakteristik pengguna dan
analisis kebutuhan ruang. Analisis aktivitas sendiri berguna dalam membagi dan
memaparkan bentuk aktivitas apa saja yang akan di perencanaan wilayah mikro
kami. Aktivitas tersebut dibagi menjadi 6 bentuk fungsi kawasan yang diperjelas
menurut tabel berikut:
Kelompok Aktivitas
|
Jenis Ruang
|
Karakteristik Ruang
|
Jenis Aktivitas
|
Pengguna
|
||
Fungsi Utama
|
Rekreasi dan Edukasi
|
Museum Budidaya Mangrove
|
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
|
Pelatihan budidaya mangrove, museum mangrove, pembelajaran manfaat
mangrove
|
Wisatawan
|
|
Fungsi Penunjang
|
Peribadatan
|
Musholla
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Kegiatan beribadah
|
Wisatawan
|
|
Perdagangan dan Jasa
|
Gedung Utama
|
Restoran (Lantai 1)
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Jual beli makanan dan minuman
|
Wisatawan
|
|
Toko Souvenir (Lantai 1)
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Jual beli souvenir wisata
|
Wisatawan
|
|||
Kantor Administrasi (Lantai 1)
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Pelayanan administrasi
|
Wisatawan
|
|||
Klinik (Lantai 1)
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Pelayanan kesehatan
|
Wisatawan
|
|||
Ballroom (Lantai 2)
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Pertemuan, sewa tempat (untuk acara keluarga, kantor, atau acara lainnya)
|
Wisatawan
|
|||
Tempat Makan (Pondok)
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Jual beli makanan dan minuman
|
Wisatawan
|
|||
Hunian
|
Penginapan
|
Cottage (1 Kamar Tidur)
|
Aksesibilitas mudah, semi publik
|
Penginapan keluarga (wisatawan)
|
Wisatawan
|
|
Cottage (2 Kamar Tidur)
|
Aksesibilitas mudah, semi publik
|
Penginapan keluarga (wisatawan)
|
Wisatawan
|
|||
Fungsi Pelayanan
|
Keamanan
|
Pos Satpam
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Menjaga keamanan
|
Wisatawan
|
|
Pelayanan Umum
|
Loket Masuk
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Pelayanan tiket masuk wisata
|
Wisatawan
|
||
Kantor Informasi
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Pelayanan informasi
|
Wisatawan
|
|||
Pos Penjaga Pantai
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Menjaga keamanan
|
Wisatawan
|
|||
Toilet Umum
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Mendukung kegiatan pariwisata
|
Wisatawan
|
|||
Olahraga
|
Wisata Berkuda
|
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
|
Wisata berkuda (olahraga)
|
Wisatawan
|
||
ATV
|
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
|
Wisata darat (atv)
|
Wisatawan
|
|||
Wisata Air (Kapal Wisata, Banana
Boat, Flying Fish, Kano, dll.)
|
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
|
Wisata air
|
Wisatawan
|
|||
RTH
|
Taman Mangrove
|
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
|
Wisata budidaya dan edukasi mangrove
|
Wisatawan
|
||
Taman Bermain
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Menyalurkan keinginan bermain anak-anak
|
Wisatawan
|
|||
RTNH
|
Pantai Ngebum
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Wisata pantai
|
Wisatawan
|
||
Tambak
|
Aksesibilitas mudah, publik, zona edukasi
|
Wisata budidaya ikan tawar
|
Wisatawan
|
|||
Sungai
|
Aksesibilitas mudah, publik
|
Wisata air
|
Wisatawan
|
|||
Batas Daerah Hijau
|
Barrier
|
Sempadan Pantai
|
-
|
-
|
-
|
|
Sempadan Sungai
|
-
|
-
|
-
|
|||
Sempadan Jalan
|
-
|
-
|
-
|
Setelah melakukan analisis aktivitas dilanjutkan analisis
karakteristik pengguna. Dalam analisis ini dilakukan perhitungan Carrying Capacity yang gunanya
menghitung berapa jumlah orang nantinya yang tinggal di kawasan perencanaan
tersebut dengan berdasar pada luasan ruang kawasan di wilayah mikro kami. Dari
luas lahan 10 hektar yang nantinya akan dibangun,
sebesar 40% akan digunakan sebagai ruang terbangun dan ruang non terbangun
sebesar 60%. Hal tersebut mempertimbangkan kebutuhan untuk membuat taman
mangrove dan pantai yang membutuhkan banyak lahan non terbangun serta
dikembangkan untuk mendukung kegiatan konservasi. Ruang yang dapat dibangun
fasilitas pendukung sebesar 2,4 Ha maka apabila standar kenyamanan ruang
seseorang berdasarkan SNI 03-1733-2004 adalah 10 m2 maka jumlah
pengguna maksimal di lokasi perancangan adalah 2.400 jiwa.
Analisis selanjutnya yaitu analisis
kebutuhan ruang, analisis ini adalah perincian dari analisis aktivitas dengan
tambahan seperti jumlah unit yang akan dibangun dan berapa luasan tiap
ruangnya.
Setelah melakukan rentetan analisis
aktivitas dan karakteristik pengguna kami pun melakukan analisis ruang, di
dalam analisis ini terdapat rentetan 2 analisis yaitu analisis hubungan antar
ruang dan analisis organisasi ruang. Analisis hubungan antar ruang yaitu
analisis guna memosisikan fasilitas yang saling terkait berdekatan dan yang
tidak saling terkait dapat diposisikan lebih jauh.
Analisis kedua yaitu analisis
organisasi ruang untuk menstrukturkan pola aktivitas yang terjadi di suatu
wilayah studi. Ruang yang terbentuk berasal dari hubungan-hubungan yang
terjalin pada kelompok-kelompok aktivitas yang ada. Sehingga akan tercipta
fungsi-fungsi aktivitas yang dapat membawa suatu wilayah sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
Analisis
ruang pun telah dilalui dan memulai analisis tapak, di dalam analisis ini
terdapat rentetan analisis, yaitu analisis kostelasi wilayah, analisis
lingkungan, analisis topografi, analisis aksesbilitas, analisis kebisingan,
analisis drainase, analisis vegetasi, analisis view, analisis arah angin dan
lintasan matahari, dan akhirnya mengeluarkan zoning kawasan. Dalam analisis
konstelasi wilayah menunjukkan ruang lingkup perencanaan yang dilakukan dari
tingkat administratif yang makro (misalkan provinsi/ area metropolitan) hingga
tingkat mikro (misalkan kelurahan/ desa/ kawasan).
Analisis Lingkungan
Analisis Topografi
Analisis Aksesbilitas
Analisis Drainase
Analisis vegetasi
Analisis view
Analisis arah angin dan lintasan
matahari
Dan akhirnya ditentukan zoning kawasan
merupakan hasil penggabungan analisis lingkungan sampai dengan analisis arah
angin, dengan hasil membagi kawasan menjadi zona pelayanan, zona publik, zona
edukasi zona publik dan main enterence/
jalan masuk.
Setelah selesai menganalisis rentetan
analisis ruang, kami mulai lanjut menganalisis kondisi infrastruktur yang
terdiri dari analisis jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih,
jaringan telekomunikasi, jaringan persampahan, sanitasi dan jaringan drainase.
Analisis jaringan jalan
Analisis jaringan listrik
Analisis jaringan air bersih
Analisis jaringan telekomunikasi
Analisis jaringan persampahan
Analisis sanitasi
Analisis jaringan drainase
Dari rentetan analisis kondisi
infrastruktur kami menganalisis kriteria tak terukur yang mencangkup Access, Compatibility, Identity, Vierw, Sense, dan Livability.
Access
Compability
Identitiy
View
Sense
Livability
Dari rentetan analisis kriteria tak
terukur kami mulai menganalisis kirteria terukur yang mencangkup koefisien
dasar bangunan (KDB), ketinggian bangunan, jarak antar bangunan dan garis
sempadan bangunan (GSB).
Analisis KDB adalah perbandingan
antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu kawasan menentukan
berapa persen luas bangunan yang boleh dibangun dan didapatkan KDB 80%.
Sedangkan dalam analisis ketinggian
bangunan terdapat 2 tahap yaitu dengan menganalisis ketinggian bangunan dari
jalur lintasan pesawat terbang dan Floor
Area Ratio (FAR). Dalam menganalisis ketinggian bangunan dari jalur
lintasan pesawat terbang yaitu dengan melakukan perhitungan jauh jarak antara
lokasi perencanaan terhadap bandara terdekat. Karena lokasi mikro kami yang
berdekatan dengan Kota Semarang maka kami memilih Bandara Ahmad Yani yang
berada paling dekat dengan lokasi mikro kami. Jarak lokasi mikro ke Bandara
Ahmad Yani yaitu 18,8 km. Maka dimana jarak melebihi 9,09 km maka tidak
diperlukan pertimbangan perhitungan ini karena jauh dari jalur lintasan pesawat
terbang. Jika FAR didapatkan nilai rasio 1,25 maka lokasi perancangan memiliki
maksimal ketinggian bangunan sebanyak 6 lantai (30 meter) dengan 1 lantai
memiliki ketinggian 5 meter. Namun berdasarkan best practice kami menggunakan 2
lantai dengan ketinggian 10 meter. Berikut perhitungannya:
Analisis selanjutnya yaitu analisis jarak
antar bangunan dengan melihat persyaratan ukuran tinggi dan jarak bangunan
menurut Departemen PU tahun 1987 bahwa bangunan yang miliki ketinggian 10 meter
dikaregorikan harus memiliki jarang antar bangunan 3 sampai 6 meter.
Selanjutnya yaitu analisis GSB
(Garis Sempadan Bangunan) adalah
garis pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan di atas permukaan tanah
yang tidak boleh terlampaui. GSB
ditetapkan untuk memberi batasan keamanan bagi pengguna jalan dan
lingkungannya. Kegunaan GSB
antara lain adalah pengamanan terhadap lalu lintas jalan, memberikan ruang bagi
sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah, dan berguna pada keadaan
darurat seperti kebakaran. Lebar GSB pada lokasi perancangan Move Park
ditentukan berdasarkan perhitungan ½ dari lebar jalan. Sehingga didapatkan GSB
pada Jalan I sebesar 5 m, Jalan II sebesar 3 m, Jalan III sebesar 1,5 m, dan
ajlan IV sebesar 0,75 m.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar